Sayed Mahdi Syamsuddin
Yang menjadi bahan pembahasan sampai saat ini adalah berkenaan dengan dunia dari sisi negatifnya dan dengan kata lain kita telah mengkaji dan mentelaah tentang dunia dari sudut pandang ketidakbernilaian dan ketiadaan atensi terhadapnya, ketidaksetiaan dan ketidakpermanenannya, ketiadaan perhatian para wali Allah, para imam dan para nabi terhadapnya, sifat-sifat tercelanya dan ringkasnya celaan dan sisi-sisi negatifnya yang telah dibahas secara sempurna dan seutuhnya di dalam Nahjul Balaghah dan kita pun telah menyinggungnya.
Namun dalam bagian ini akan dikaji sisi-sisi positif dunia dan dibahas penjelasan-penjelasan yang dipaparkan dalam pujian dan sanjungan terhadap dunia yang sampai kepada kita dari Nahjul Balaghah sehingga pandangan Imam Ali as dari sudut pandang ini pun menjadi jelas dan gamblang untuk kita.
Tentu saja kemungkinan bagian ini memiliki semacam pertentangan dengan bagian-bagian yang lalu karena pada bagian-bagian terdahulu senantiasa dibicarakan tentang pengusiran, ketidakpedulian dan pembelakangan terhadap dunia, akan tetapi pada bagian ini pujian dilontarkan kepada dunia, namun ringkasnya kita akan menyebutkan pada bagian kesembilan cara penyatuan untuk dua penjelasan semacam ini Insya Allah.
1- Penafsiran Zuhud Di Dalam Dunia
Wahai manusia! Zuhud adalah mengurangkan angan-angan, mensyukuri nikmat, dan menjauhi larangan. Apabila hal ini mungkin maka (sekurang-kurangnya) larangan-larangan itu tak akan menaklukkan kesabaran Anda. Kenikmatan jangan melupakan syukur Anda. Allah telah menyempurnakan dalih-dalih di hadapan Anda melalui argumen-argumen yang terang, bercahaya, dan kitab-kitab terbuka dan cerah.[1]
Bila para pembaca yang budiman masih ingat pada banyak khutbah yang disampaikan oleh Imam Ali as seputar ketidakpedulian terhadap dunia dan persiapan untuk akherat telah disinggung bahwa jadilah orang zahid, jangan pedulikan dunia, bangunlah kezuhudan pada diri sendiri; maka dapat dikonklusikan bahwa ketidakpedulian terhadap dunia adalah zuhud dan setiap kali sifat zuhud dan takwa menguat pada diri manusia maka ia akan semakin tidak mempedulikan dunia.
Ketika kita telah mengetahui cara dan jalan tidak mempedulikan dunia adalah memperkuat sifat zuhud pada diri manusia, maka silahkan Anda perhatikan khutbah Imam Ali as yang telah kita nukil di atas bahwa khutbah tersebut memperkenalkan metode menemukan jalan menuju kezuhudan dan menyatakan bahwa supaya Anda menjadi orang zahid dan menciptakan karakter Ilahi ini pada diri dan terkadang Anda perkuat, maka Anda harus menjaga tiga hal berikut ini:
1- Kurangilah angan-angan
2- Syukurilah nikmat-nikmat Allah swt
3- Jauhilah dosa-dosa
Silahkan diperhatikan bahwa bila seseorang dengan sungguh-sungguh menanamkan sifat-sifat seperti ini di dalam hatinya dan sedapat mungkin mengurangi angan-angan panjangnya, mensykuri kenikmatan-kenikmatan yang dianugerahkan Allah swt kepadanya (sedikit atau banyak), tidak mengeluhkan kekurangannya, menerima (qana’ah) apa yang dianugerahkan kepadanya dan pada akhirnya menghindari dosa-dosa dan menjaga diri maka ia dapat disebut sebagai orang yang tidak mempedulikan dunia, karena pribadi yang:
Pertama, tidak memiliki angan-angan panjang dan jauh maka ia tidak lagi memiliki keinginan banyak untuk tinggal di dunia ini pada masa-masa yang lama untuk mencapai angan-angannya, maka dari sisi ini ia tidak begitu mempedulikan dunia.
Kedua, orang yang merasa cukup terhadap apa yang diberikan oleh Allah swt kepadanya dan mensyukurinya serta tidak terdapat kesedihan sekecil apa pun dibenaknya karena tidak memiliki lebih banyak lagi darinya maka ia tidak akan memiliki sebuah kecenderungan terhadap harta benda dan perhiasan-perhiasan dunia sehingga mencintai dan bergantung kepadanya. Oleh karena itu, ia merasa gembira berada dalam kenyamanan dalam ketidakpedulian sepenuhnya kepada dunia.
Dan ketiga, manusia yang memiliki ketakwaan sedemikian rupa dan menjaga diri sehingga tidak ingin melakukan kemaksiatan kepada Allah swt bahkan dalam kesendirian dan kesunyian sekali pun, tidak akan pernah berkeinginan menambah harta benda dan hal-hal materi dari jalan haram, namun ia merasa cukup (qana’ah) dengan hal yang sedikit dan tidak mengizinkan dirinya sendiri untuk menimbun harta benda dan kekayaan bersamaan dengan melakukan maksiat dan dosa; oleh karena itu, pribadi seperti ini merasa nyaman dan perwujudan nyata manusia yang tidak mempedulikan dan menginginkan dunia serta bersiap-siap untuk akherat, karena ia meyakini kehendak Allah swt sebagai lebih penting dari dunia dan seisinya, oleh sebab itu tidak akan mungkin sekali pun ia melakukan kemaksiatan terhadap Tuhan dan Penciptanya, membangkang dari perintah-Nya demi dunia fana’ dan harta benda dan gemerlapnya yang menipu dan sebagai gantinya kekayaan dunia yang sedikit menyebabkan tanggungan, bencana, malapetaka dan azab akherat baginya karena “pada halalnya terdapat hisab dan haramnya siksaan”.
* * * * *
Pada akhir khutbah ini beliau as mengatakan bila Anda tidak mampu menanamkan ketiga sifat ini maka berusahalah memiliki dua yang terakhir yaitu mensyukuri nikmat-nikmat dan tidak melakukan perbuatan haram, karena Allah swt telah menempurnakan hujjah atas manusia dan tidak menerima alasan, telah menjelaskan segalanya dengan kitab-Nya dan tidak lagi akan mengabulkan alasan.
Kita berharap semoga Allah swt menjadikan kita semua dari orang-orang yang bertakwa dan zahid, mengurangi angan-angan panjang, mensyukuri kenikmatan-kenikmatan-Nya dan menjauhi hal-hal yang diharamkan dan kemaksiatan terhadap-Nya sehingga menerima hal yang sedikit dari dunia (qana’ah), tidak mempedulikan dan bergantung kepada keseluruhan dunia dan lebih banyak memikirkan dunia untuk akherat dan hari-hari yang sulit ke depan.
[1] Nahjul Balaghah (Dengan Komentar Muhammad Abduh), Khutbah ke-81.